Memasak dan Menulis

Rawon Pak Pangat yang maknyus… (Dokumen Pribadi)

Ada dua hal yang belum bisa saya lakukan sampai saat ini. Memasak dan menulis selain kenangan bersama almarhum Abi. Entahlah, sepeninggal beliau saya sangat enggan memasak. Padahal, memasak adalah hal yang tidak pernah absen saya lakukan selama ini. Bagi saya, memasak lebih dari sekadar kewajiban seorang istri dan ibu. Ia adalah perwujudan cinta. Apalagi jika hasil masakan habis sempurna alias ludes tak tersisa. Tanyalah pada semua ibu di dunia ini. Pasti ada kenikmatan tersendiri.

Dari sisi kesehatan, memasak sendiri tentu lebih terpercaya. Kita bisa memastikan kehalalan bahan,  kebersihan alat, higienisnya sebuah masakan. Pun dari kesehatan keuangan, memasak sendiri tentu lebih hemat. Apalagi a big family seperti keluarga saya. Kalau tidak memasak, tentu bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus kami keluarkan hanya untuk urusan perut. Jadi, ditinjau dari berbagai sisi memasak benar-benar sebuah keharusan. It is a MUST. Continue reading “Memasak dan Menulis”

JKM, JHT, dan JPN

Lapak Asik onsite BPJS Ketenagakerjaan cabang Rungkut. Di meja dekat satpam itulah saya mengerjakan semuanya. (Dokumen pribadi)

Apa itu?

Hari ini saya akan berbagi pengalaman mengurus Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT), dan Jaminan Pensiun (JPN) di BPJS Ketenagakerjaan. Sebenarnya sebulan yang lalu saya sudah mengurus hal ini dengan Mbak Siti, HRD perusahaan Abi bekerja. Sayangnya, saat itu status almarhum Abi masih tercatat aktif. Sebenarnya  kantor Abi sudah menon-aktifkan status beliau per tanggal 10 Februari 2021. Kami ke sana tanggal 17 Februari 2021. Rupanya butuh waktu sebulan masa transisi sebelum peserta dinyatakan non aktif tersebut. Ada untungnya juga karena saya harus melengkapi berkas-berkas untuk mengurus beasiswa yang diberikan BPJS kepada dua anak. Saya butuh surat keterangan aktif sekolah/kuliah dan kartu pelajar/mahasiswa. Sulung saya sudah kuliah, adiknya kelas XII SMA.

Alhamdulilah semua berkas sudah siap, saya mengecek status Abi sudah non aktif. Ini ngeceknya di aplikasi BPJSTKU. Kalau Anda peserta BPJS dan belum mempunyai akun BPJSTKU, unduh saja aplikasinya di playstore, install, dan daftar baru. Aplikasi ini bermanfaat karena kita bisa tahu berapa saldo tabungan kita, simulasi perolehan JHT, antrian online, info program, dan sebagainya. Kalau kartu manual kita hilang kita tunjukkan saja kartu digital di aplikasi ini. Sangat membantu. Continue reading “JKM, JHT, dan JPN”

Buku dan Abi

Musashi dan Taiko, novel sejarah besutan Eiji Yoshikawa (dokumen pribadi)

Sebaik-baik teman duduk adalah buku (maqolah)

Almarhum Abi adalah pecinta buku. Mahasiswa saat itu banyak yang tergabung dalam kelompok-kelompok diskusi. Pun dengan Abi. Anggota kelompok ini tidak hanya mahasiswa sekampus tetapi bisa juga lain kampus. Bagi yang tertarik jurnalistik, mereka akan mengikatnya dengan cara menuliskannya setelah berdiskusi tadi. Ada yang membuat buletin, majalah dan koran kampus. Ada juga yang mampu menembus media masa lokal maupun nasional. Gagah rasanya. Bisa mengeskspresikan pendapat sekaligus menggaet pendapatan. Hehehe… Lumayan untuk kantong mahasiswa. Kolom mahasiswa Jawa Pos dulu memberi honor 50 ribu rupiah. Mungkin setara dengan 500 ribu sekarang. Continue reading “Buku dan Abi”

Rumah

Rumah baru kami. Foto diambil 28 Juli 2012. Sekarang full tanaman. Terima kasih Abi yang sudah memberi kami rumah yang luas dan penuh cinta. (dok. pribadi)

Home is where the heart is, kata Elvis Presley. Rumah adalah tempat di mana hati kita bersemayam. Hati setara dengan cinta, kebahagiaan, dan kenyamanan. Mengapa home bukan house? Bahasa kita menerjemahkan kedua kata tersebut dengan arti yang sama yaitu rumah. Sejatinya, makna keduanya sangat berbeda. House mengacu pada bangunan fisik sementara home adalah atmosfirnya, suasananya. Itulah mengapa ada istilah home sweet home bukan house sweet house. Go home bukan go house untuk menyatakan pulang. Hometown bukan housetown untuk menyatakan kampung halaman. Ya, karena ada something-nya. Sebut saja perasaan rindu, cinta yang nyaman.

Bisa jadi kita memiliki rumah yang besar–a big house-– tapi belum tentu menjadi a big home manakala atmosfir di dalamnya tidak cukup kondusif untuk tumbuhnya cinta. Sebaliknya,  meskipun kita tinggal di rumah tipe 21, masih ngontrak, atau ngekos sepetak misalnya tapi menjadi a very very big home karena cinta bisa kita sesap di setiap sudutnya. Baiti jannati.

Terima kasih Abi yang sudah memberi kami rumah yang luas dan penuh cinta. Continue reading “Rumah”

Rindu

A: Pagi Mbak.

B: Pagi.

A: Sesuai aplikasi  ya Mbak?

B: Ya Pak. Masjid Al Hikmah.

A: Ok. SMP atau SMA?

B: Bapak dari arah mana?

A: Ketintang Mbak.

B: Baik. Bapak masuk gerbang SMA, belok kiri. Ikuti jalur yang ada. Masjidnya ada di tengah-tengah kompleks SMP-SMA.

A: Siaap. Ditunggu ya.

B: Baik. Terima kasih.

Tidak sampai sepuluh menit ada notifikasi driver sudah sampai. Segera saya bergegas menuju masjid. Saya lihat seseorang berjaket dusty gray membawa tas kain kecil berwarna biru. Ah…tas bekal saya. Continue reading “Rindu”

Mulai dari 0

Saya bersama keempat malaikat kecil saya sesaat sebelum berangkat sekolah. Foto diambil Desember 2010. (Dokumen pribadi)

“Mik, umik nikah sama Abi  itu mulai dari nol ya?” tanya sulung saya beberapa hari pasca wafatnya Abi. Sulung saya ini seorang mahasiswi semester 4 sebuah PTN di Jogyakarta. Aktivis BEM tapi dia mewarisi bakat ayahnya. Jualan. Ketika SMP-SMA ia sudah menjajal kemampuannya berdagang. Sebenarnya ikut-ikutan tren saat itu. Menjual barang-barang berbau Korea. Kaos, jaket, poster, aksesoris, dan sebagainya. Tabungannya lumayan banyak untuk ukuran remaja saat itu. Ketika SMA kelas 12 ia berhenti sendiri karena fokus les supaya tembus PTN. Akhirnya keterusan sampai kuliah. Apalagi saya memintanya aktif di organisasi agar punya pengalaman lebih saat kuliah. Membangun jejaring sebanyak mungkin. Jangan jadi kutu buku. Sekarang ia memimpin adik-adiknya mengurus beberapa toko online yang sudah dirintis Abinya. Continue reading “Mulai dari 0”

Surat Keterangan Waris (2)

Suasana persidangan untuk menerbitkan Surat Keterangan Waris. (dok.kelurahan dukuh kupang)

Jika Anda sudah dewasa dan belum punya Akte Kelahiran, sekaranglah saatnya mengurus dokumen tersebut. Barangkali suatu saat Anda akan membutuhkannya. Seperti saya. Apalagi sekarang semuanya serba mudah. Ini saya bicara sebagai warga Surabaya loh Rek. Semoga warga di kota-kota lain juga menikmati kemudahan yang sama.

Untuk membuat Akte Kelahiran dibutuhkan surat dokter.  Masalahnya, saya tidak punya. Tak perlu khawatir. Klampid menyediakan Surat Pernyataan Pertanggungjawaban Mutlak (SPTJM) Kebenaran Data Kelahiran. Unduh form-nya dan diisi. Surat ini menunjukkan kita dilahirkan oleh ibu yang bernama …. Kemudian harus diketahui dan ditandatangani dua orang saksi. Jangan lupa foto kopi KTP para saksi. Surat ini diunggah sebagai pengganti surat dokter, bidan atau penolong kelahiran lainnya. Dukun bayi misalnya. Zaman dulu kan mayoritas kelahiran ditolong oleh dukun bayi. Jangan-jangan saya salah satunya… hehehe. Continue reading “Surat Keterangan Waris (2)”

Surat Keterangan Waris (1)

Setumpuk berkas yang saya harus saya urusi selain anak-anak, kantor, dan bunga. (dok.pri)

Saya tahu tidak mudah mengurus administrasi dengan kondisi saya saat ini. Pasti membutuhkan waktu, energi, dan pikiran. Bagi saya waktu bukanlah faktor terberat karena kerja di era pandemi  relatif lebih fleksibel. Apalagi Direktorat tempat saya bekerja memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi saya untuk menyelesaikan semua urusan pasca wafatnya Abi. Masalahnya ada pada energi terutama pikiran. Energi ini sumbernya dari pikiran. Saya sadar kalau pikiran saya positif, Insya Allah akan menghadirkan energi positif. Jadi, masalah terberat adalah menghadirkan pikiran positif.

Karena itulah saya benar-benar meminta pada Allah agar menjernihkan pikiran saya. Semoga Allah selalu memudahkan semua urusan saya. Saya niati ibadah. Ibadah seorang hamba yang ketiban sampur, estafet kepemimpinan Abi. Mau tidak mau saya harus mempertanggungjawabkan amanah berupa 4 malaikat yang tidak lagi kecil itu, anak-anak kami. Saya niati sebagai bentuk bakti saya pada almarhum suami. Saya sangat menyayanginya. Rasanya bakti saya selama beliau hidup belumlah cukup. Karenanya, saya akan terus menyambungnya meski ia telah tiada.

*** Continue reading “Surat Keterangan Waris (1)”

Pak RT dan Pak Lurah

Pak RT dan Pak Lurah Dukuh Kupang (kemeja kotak-kotak). Barakah umurnya jenengan berdua Pak. (sumber: dok. pak RT)

Kami tinggal di Sidoarjo namun KTP kami tetap Surabaya. Tepatnya di Dukuh Kupang. Masih ada rumah jujugan yang sekarang ditempati adik.  Urusan surat menyurat biasanya saya mengandalkan adik yang juga pengurus RT itu. Ia akan menguruskan surat pengantar ke RT dan RW. Kalau sudah di tingkat kelurahan saya harus melakukannya sendiri.

Masih ingat cerita saya tentang klampid? Kalau belum bisa dibaca di sini. Nah, saya menemukan kesulitan ketika harus melegalisir Kartu Keluarga (KK). Saya sudah memasukkan nomor KK yang dimaksud tapi tidak berhasil. Di aplikasinya muncul kotak dialog yang berbunyi: KK Anda tidak terdaftar. Saya ulangi sekali lagi. Tetap sama. Continue reading “Pak RT dan Pak Lurah”

Klampid Surabaya

https://wargaklampid-dispendukcapil.surabaya.go.id/

Pernakah Anda merasa sedang tidak enak badan namun di saat yang sama harus mengalah karena anak-anak juga sakit? Beberapa kali saya mengalami hal itu. Dengan berseloroh saya berkata, “Kalian ini memang nggak pernah mengizinkan Umik sakit.” Hehehe… Bagaimana tidak? Ketika saya merasa masuk angin misalnya, eh… tiba-tiba ada yang sakit panas. Ketika merasa badan ini capek sekali, eh… tiba-tiba ada yang mengeluh diare. Kalau sudah seperti ini, sebagai orang tua kita harus mengalah. Mendahulukan mereka. Tentu saja hal ini berlaku pada kasus-kasus ringan. Gampangnya, kita harus paham skala prioritas. Continue reading “Klampid Surabaya”