Menulis dengan Kalimat Pendek

https://www.goodreads.com/book/show/24984825-kalimat-jurnalistik

Dua pekan lebih saya mengamati berita yang dikirim para humas di website Al Hikmah (https://alhikmahsby.sch.id/).  Senang sekali melihat semangat teman-teman mengisi konten website. Rata-rata humas mengunggah 1-7 berita dalam sepekan terakhir ini. Panjang berita yang dikirim antara 100 sampai 300 kata. Terbagi dalam tiga sampai empat paragraf. Saya melihat unsur-unsur dasar berita sudah ada di dalamnya. 5W plus 1 H.

Namun demikian,  saya menemukan masih banyak di antara tulisan tersebut menggunakan kalimat-kalimat panjang. Bahkan ada yang sampai memisahkan kalimat-kalimat panjang tersebut dalam tiga tarikan nafas. Alias tiga tanda koma. Ini masih mending. Ada kalimat yang panjang tak berjeda. Untuk membacanya, saya sampai terengah-engah. Kehabisan napas. Continue reading “Menulis dengan Kalimat Pendek”

Apakah Menulis Berita itu Sulit?

source: https://www.istockphoto.com/

Menurut KBBI, berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Definisi lain berita adalah laporan. Kalau melihat definisi ini, tentu saja banyak hal yang bisa kita laporkan dari sekolah kita. Mulai dari hal-hal rutin sampai insidentil.

Rutinitas harian anak masuk gerbang sekolah sampai mereka berpamitan pasti terdiri dari rentetan cerita atau peristiwa. Kegiatan rutin terprogram baik itu mingguan, bulanan, dan tahunan pasti mengandung berita. Belum lagi agenda-agenda insidentil yang tidak jarang menyisip dalam setahun tentu juga berpotensi menjadi berita. Intinya, setiap hal bisa jadi berita. Tinggal, seberapa peka kita terhadap lingkungan sekitar. Continue reading “Apakah Menulis Berita itu Sulit?”

Memasak dan Menulis

Rawon Pak Pangat yang maknyus… (Dokumen Pribadi)

Ada dua hal yang belum bisa saya lakukan sampai saat ini. Memasak dan menulis selain kenangan bersama almarhum Abi. Entahlah, sepeninggal beliau saya sangat enggan memasak. Padahal, memasak adalah hal yang tidak pernah absen saya lakukan selama ini. Bagi saya, memasak lebih dari sekadar kewajiban seorang istri dan ibu. Ia adalah perwujudan cinta. Apalagi jika hasil masakan habis sempurna alias ludes tak tersisa. Tanyalah pada semua ibu di dunia ini. Pasti ada kenikmatan tersendiri.

Dari sisi kesehatan, memasak sendiri tentu lebih terpercaya. Kita bisa memastikan kehalalan bahan,  kebersihan alat, higienisnya sebuah masakan. Pun dari kesehatan keuangan, memasak sendiri tentu lebih hemat. Apalagi a big family seperti keluarga saya. Kalau tidak memasak, tentu bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus kami keluarkan hanya untuk urusan perut. Jadi, ditinjau dari berbagai sisi memasak benar-benar sebuah keharusan. It is a MUST. Continue reading “Memasak dan Menulis”