
Ingin dikenang seperti apa Anda jika kelak tiada?
Saya mengenang almarhum suami dalam secangkir kopi Subuh. Setiap Subuh seperti ini biasanya beliau pulang dari masjid bersama anak laki-lakinya. Sementara kami – yang perempuan salat Subuh di rumah. Begitu sampai di rumah, saya akan menyambutnya dengan secangkir kopi yang masih mengepulkan uap panas. Menguarkan tajam aroma Arabika. Biasanya kopi itu ditemani dengan pisang goreng. Abi tidak pernah bosan dengan pisang goreng. Syaratnya satu, pisang kepok yang tidak terlalu matang.
Ini berbeda selera dengan saya. Saya lebih menyukai pisang kepok itu dikukus. Saat diturunkan dari panci pengukus, pisang yang masih panas itu saya kupas. Saya tusuk dengan garpu dan dinikmati panas-panas. Maknyuss… . Itu menurut saya. Menurut Abi, saya kurang alami. Pakai tangan, Mi. Biar bisa merasakan derajat panas pisang itu. Heeemm… Continue reading “Secangkir Kopi Subuh”