Penyesuaian

source:dokpri

Sampai di titik ini saya menyadari bahwa hidup ternyata jalinan penyesuaian demi penyesuaian. Setiap episode kehidupan mewajibkan kita melakukan penyesuaian demi penyesuaian. Ini menjadi kunci bagaimana kita bisa bertahan.

Saya ingat betul masa-masa SMP. Saya bersekolah di SMPN pinggiran di Surabaya. Walaupun tidak terlalu pintar, saya termasuk tiga besar di sekolah. Sebagaimana anak-anak lainnya, saya ingin sekali bersekolah di SMAN favorit di Surabaya.  Keinginan saya terkabul. Saya diterima di salah satu sekolah negeri yang cukup ternama. Ternyata, banyak anak pintar di sana. Saya shock. Saya benar-benar merasakan sebagai ikan kecil di kolam besar. Butuh effort yang besar untuk menyesuaikan diri. Tidak saja dari sisi akademis tetapi juga sosial.

Dari sisi psikologis, saya merasakan betul bagaimana penyesuaian menjadi kata kunci dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan saya di masa dewasa awal. Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, mengambil kerja paruh waktu, menjalin relasi untuk menyebut beberapa. Tentu saja tak luput urusan asmara. Saya pernah naksir seseorang tapi ditolak. Bisa dibayangkan bagaimana hancurnya perasaan seorang gadis yang ditolak. Hehehe… Saya masih mengingat bagaimana strategi penyesuaian diri saya agar tidak terlalu down terkait penolakan tersebut. Tidak mudah memang tetapi saya berhasil melaluinya. Namun jangan salah,  saya juga pernah menolak beberapa orang lho.

Akhirnya saya pun menemukan tambatan hati saya. Itu pun perlu penyesuaian demi penyesuaian. Bagaimana yang mulanya sendiri harus menyesuaikan dengan keberadaan suami. Banyak kesamaan di antara kami namun tidak sedikit perbedaan yang ada. Di sinilah tercipta kompromi-kompromi agar melahirkan harmonisasi. Ketika mulai lahir anak-anak, harus menyesuaikan diri lagi. Bertambahnya jumlah anak beragam pula strategi penyesuaian diri yang harus diambil. Belum lagi, pernikahan tidak saja bersatunya dua hati tetapi juga bersatunya dua keluarga.

Allah Swt. memberi kejutan.  Saya harus kehilangan suami karena wabah Covid-19. Saya sadar saya harus segera menyesuaikan diri dengan keadaan. Bahwa semuanya sudah berubah. Tidak mudah memang untuk sampai pada keputusan “menyesuaikan diri” tersebut. Tidak terhitung air mata yang tumpah. Banyak langkah yang harus saya tempuh. Banyak rasa yang harus saya telan hingga saya mampu berdamai dengan keadaan. Sedikit demi sedikit.

Saya ingat betul bagaimana saya merasa cemburu ketika menyaksikan sepasang anak manusia berjalan bersama, bercanda, bergandeng tangan, berboncengan motor hanya karena saya tidak bisa melakukannya lagi. Tapi begitulah. Waktu mengajarkan saya untuk menyesuaikan diri. Willy nilly– mau tidak mau.

Dari sisi karir pun, saya merasakan bahwa memang penyesuaian menjadi kunci untuk survive. Berpindah dari satu institusi ke institusi yang lain. Menyesuaikan diri dengan iklim kerja di tempat yang satu ke tempat yang lain.  Berkolaborasi dengan rekan kerja yang satu dengan tim yang lain. Hingga akhirnya saya memutuskan bertahan di insitusi yang sedang saya jalani saat ini. Itu pun bukan akhir cerita.

Saya termasuk yang sering dimutasi untuk pengembangan institusi. Ada mutasi kerja yang membuat saya penuh gairah. Mempelajari segala hal dengan semangat 45. Bertemu orang-orang baru, belajar hal-hal baru menjadi energi tersendiri.  Namun, ada mutasi yang membuat saya patah hati. Butuh waktu untuk memahami apa yang sedang terjadi. Sangat tidak mudah. Tetapi, sebagaimana yang sudah saya pelajari sebelumnya dalam hidup bahwa penyesuaian menjadi kunci jika kita ingin bertahan.

Maka, di awal tahun 2024 ini saya berdoa semoga Allah Swt. menjadikan saya manusia yang adaptif, pandai menyesuaikan diri terhadap berbagai situasi dan kondisi. Bagaimanapun juga, kita tidak pernah tahu kejutan-kejutan apa lagi yang akan diberikan Allah Swt. di sepanjang tahun ke depan.

Selamat Tahun Baru 2024. Semoga selalu sehat, sukses, dan barakah umur yang tersisa. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

 

Sidoarjo, 1 Januari 2024

8 Replies to “Penyesuaian”

  1. Tulisan reflektif yang bagus dan menyentuh hati. Saya menjadi saksi sebagian kisah adaptifmu. Semoga Allah memudahkan semua urusan. Aamiin

    1. Sayapun sedang dalam fase penyesuaian. Berusaha terus mencintai sesuatu yang selama ini kurang saya dalami. Kadang masih terjebak dengan perasaan sendiri. Tapi konon katanya Allah tahu yang terbaik untuk saya (baca: umatNya).
      Terima kasih Umik, untuk inspirasinya. ❤️❤️❤️❤️

  2. MasyaAllah.. So inspiring ??
    Barakallah ustadzah Herna, semoga Allah senantiasa memberi kemudahan dalam segala urusan

Leave a Reply to Hernawati Cancel reply

Your email address will not be published.