Patah Hati

Menunggu sunset, Sydney-Australia (dok.pri)

Sepekan ini saya patah hati. Makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Hari-hari saya begitu gloomy. Nyaris mayoritas waktu saya gunakan untuk merenung dan menangis. Mencoba memaknai takdir. Saya benar-benar patah hati. Seingat saya, patah hati terakhir saya adalah ketika ditinggal wafat suami. Hampir tiga tahun yang lalu. Kini, saya kembali pada sujud-sujud panjang di atas sajadah, di dini hari, di tengah malam yang buta, bahkan di siang hari yang terik.

Saya dimutasi. Apa hubungan mutasi dan patah hati? Banyak. Pertama, karena mutasi kali ini terkesan mendadak sekali. Saya baru saja menemani siswa-siswa dalam Student Immersion Program ke Australia selama sepekan tiba-tiba mendapat telpon dengan kode “pantang menolak tugas”. Kode yang membuat saya patah hati.

Saya tidak pernah seperti ini sebelumnya ketika harus berpindah amanah. Untuk ukuran guru biasa, saya temasuk yang sering berpindah tugas. Delapan tahun yang lalu saya diminta mengembangkan Pusat Bahasa Al Hikmah. Saat itu, saya bersama tiga orang guru dari jenjang yang berbeda babat alas membuka kursus bahasa Inggris dan bahasa Arab yang melayani semua guru Al Hikmah mulai TK-SMA. Ada sekitar 300-an guru. Guru-guru Al Hikmah harus pandai berbahasa Inggris dan bahasa Arab. Selama empat tahunan kami menggembleng guru-guru tersebut.

Turunlah SK baru untuk saya sebagai Tim Penjamin Mutu. Saya ditarik ke Yayasan karena butuh personil untuk memastikan mutu pembelajaran dan guru-guru Al Hikmah  sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Dua tahun setengah saya berkecimpung di dunia yang mirip-mirip kepengawasan itu hingga akhirnya saya dikembalikan lagi ke sekolah. Tuntutan zaman yang serba global ini menuntut Yayasan untuk membuka kelas internasional. Saya diminta babat alas kembali. Saya sambut tantangan itu dengan suka cita. Segera saya bergerak untuk menjamah dunia internasional. Bekerja sama dengan Kedubes dan Konsulat Jenderal asing, mencari sister school, dan banyak program-program inovasi yang kami lakukan. Kelas internasional berjalan dengan baik meski banyak yang masih harus dikembangkan.

Setahun yang lalu, saya mendapat SK baru sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Yayasan perlu melakukan penyegaran di sekolah-sekolah sehingga semua pimpinan di sekolah ini baru. Kepala sekolah kami diambilkan dari SMA Al Hikmah. Waka Sarpra juga dari SMA Al Hikmah. Waka Kesiswaan, guru SMP yang lama di yayasan. Hanya waka Humas yang murni dari SMP sebelumnya. Mereka semua masih muda-muda. Saya yang paling tua sepertinya.

Kurikulum adalah hal baru bagi saya. Mulailah saya belajar segala hal tentang kurikulum. Pikiran saya tidak hanya kelas internasional tapi lebih luas lagi, memikirkan sekolah. Saya begitu bersemangat mempelajari hal-hal baru. Apalagi dinas pendidikan kota Surabaya terkenal dengan tagihan online yang banyak. Saya senang mempelajari hal-hal baru.

Saya baru saja jatuh cinta, tiba-tiba mendapat telpon tadi. Yayasan butuh pengembangan lebih luas lagi. Butuh Humas yang tidak saja melayani nasional tapi juga internasional. Kepala sekolah menghadap yayasan agar saya tidak dipindah. Sekolah masih membutuhkan saya. Memperjuangkan sampai detik-detik penentuan namun takdir berkata lain. Takdir yang membuat saya patah hati.

Kedua, patah hati saya terjadi karena saya terlalu mencintai apa yang saya kerjakan. Too much love will kill you, kata Bryan May. Sepeninggal suami, energi saya curahkan penuh pada pekerjaan, siswa, teman-teman sejawat, dan tentu saja jajaran pimpinan di mana saya berada.  Saya sangat menikmati semuanya. Pekerjaan yang sangat menantang di kurikulum menjadikan hidup saya penuh gairah. Bertemu dengan siswa-siswa dengan beraneka karakter menginspirasi saya menyajikan yang terbaik bagi mereka. Mengelola teman-teman sejawat, melihatnya tumbuh dan berkembang menjadikan hati ini bahagia. Berkolaborasi dengan teman-teman di pimpinan menjadikan saya kaya akan sudut pandang dalam memecahkan masalah. Kami adalah lima sekawan yang solid. Bonding kami sangat kuat. Mungkin karena kami sama-sama baru.

Ketiga, karena masih banyak mimpi yang belum kami raih. Menyajikan program-program yang segar untuk well being siswa. Menjadikan guru-guru makin berkualitas. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi mereka untuk berkembang. Mimpi-mimpi yang ingin kami wujudkan dalam timeline satu- dua tahun ke depan. Mimpi yang rasa-rasanya harus saya ikhlaskan. Sedikit demi sedikit.

Namun, patah hati bisa diobati. Begitu jawab pucuk pimpinan ketika saya menghadap di detik-detik terakhir. Benarkah saya bisa mengobati patah hati ini?

 

Sidoarjo, 18 November 2023

18 Replies to “Patah Hati”

  1. Benarkah saya bisa mengobati patah hati ini?

    jawabnya, PASTI BISA. bunda kan sudah biasa ditempa dengan pengalaman. insyaallah kali ini pun bisa dilewati dengan mudah atas pertolongan Allah. semangat!!!

  2. Jika sdh pernah punya pengalaman mengatasi “patah hati ” krn wafatnya org tercinta maka patah hati jenis yl jadi ringan. Insya Allah ??????

  3. Bukan patah hati mba her…
    Tapi teruji yg kesekian kali akan temu makna ridlo dan ikhlas takdir sang Rabby ??❤️Allah yusahhilukum wa yuqawwikum

  4. Bisa, Bunda. Saya juga pernah mengalami tiba-tiba dimutasi di tempat yang jauh pula. Bahkan saat ini dobel tempat tugas dengan ‘momongan’ pimpinan yang harus ekstra. Njaga rasa, njaga raga. Semangat, Bunda….

  5. Ibu adalah orang pilihan, selalu sukses ketika mengemban amanah, sehingga Alloh memberikan kesempatan lebih luas lagi untuk beribadah dan memberikan dedikasi terbaik untuk pendidikan anak bangsa. Semangat

Leave a Reply to Azizah Herawati Cancel reply

Your email address will not be published.