
Tergabung dalam sebuah komunitas bagi seorang penulis adalah hal yang sangat penting. Di dalam komunitas, kita tumbuh dan berkembang. Saling belajar. Saling mengisi. Saling menyemangati. Paling tidak, saling mengintip. Jangan berpikiran negatif dulu. Mengintip apa yang dilakukan teman dalam proses kreatif menulisnya. Mengintip “gosip-gosip intelektual” di grup. Mengintip ide-ide kreatif yang tak jarang memunculkan komentar: kok bisa ya menulis seperti itu?
Sebagai seorang penulis, tentu hal ini akan mengusik naluri kepenulisannya. Apalagi jika ia cukup lama berada dalam zona diam alias mandeg jigreg. Setidaknya itu yang saya alami di komunitas Rumah Virus Literasi (RVL) ini. Saya tidak terlalu aktif menulis di komunitas yang dibuat oleh Much. Khoiri- dosen wali saya ketika masih S1 di IKIP Surabaya berpuluh tahun silam. Namun, saya menemukan kebahagiaan di dalamnya. Egois ya, menikmati saja tanpa mau berkontribusi, meski hanya komen tipis-tipis. Hahaha…Maapken.
Selain kebahagiaan, produk lain dari hasil mengintip tadi adalah kerinduan untuk menulis. Tetapi, sekali lagi, saya beralasan kesibukan pekerjaan sehingga tidak sempat menulis. Untunglah, grup RVL ini tidak terlalu kejam saat ini. Saya ingat sekali, dulu kalau tidak setor tulisan berapa kali dalam sebulan akan didepak. Saya bertahan meski tidak menulis. Malu sebenarnya. Berkali-kali Pak Khoiri menulis tentang penulis yang sedang bertapa alias tidak berkarya. Dan saya selalu merasa tertohok tapi mau bagaimana lagi? Saya sibuk, kawan.
Nah, ketika RVL merencanakan pertemuan penulis di Yogyakarta saya bertekad ikut. Apapun yang terjadi! Saya hendak merobohkan keegoisan saya, kesombongan saya yang selalu mengatasnamakan kesibukan. Terlebih, putri saya kuliah di Yogja sehingga menjadi faktor pendorong lain untuk ikut. Ngiras ngunjungi anak. Saya mulai mengatur segala sesuatu termasuk finansial mengingat acara ini berbiaya mandiri. Untunglah, ada dermawan yang menyediakan akomodasi gratis. Penginapan dan makan selama tiga hari ditanggung. Masya Allah… Sangat meringankan kami. Semoga Allah membalas dengan berlipat-lipat kebaikan pada dermawan ini.
Salah satu syarat hadir di acara ini adalah punya buku terbitan dua tahun terakhir. Alhamdulillah saya sudah punya tabungan naskah yang bisa segera saya cetak menjadi buku. Saya menulis kedua buku tersebut ketika sedang in a good mood. Saya merasa tertolong dengan adanya naskah ini. Seiring perjalanan waktu, syarat harus punya buku mandiri ditinjau kembali. Buku-buku antologi alternatifnya. Bahkan untuk menciptakan keluasan manfaat, penulis yang belum mampu menerbitkan buku diminta hadir agar bisa menyerap energi positif dari penulis lainnya. Menurut saya ini keputusan yang tepat.

Dari pers release yang dilakukan panitia, saya mengetahui ada 185 buku hasil karya 17 penulis. Buku-buku tersebut dipamerkan di bazaar acara ini. Ada bermacam genre di sana dengan beragam tema. Semuanya saling memperkaya. Selain peluncuran buku, Kopdar RVL pertama ini diikuti pula dengan workshop kepenulisan yang bisa diikuti khalayak umum. Para pemateri andal hadir membagi ilmu kepenulisannya. Sebut misalnya Much. Khoiri, founder RVL, Prof. Dr. Ngainun Naim- guru besar UIN Tulungagung, Rita Audriyanti-penulis dengan 90 buku, Sri Sugiastuti yang lebih dikenal dengan Bu Kanjeng Ratu Antologi, dan Wijaya Kusuma atau OmJay-blogger ternama.
Mengikuti paparan yang mereka bawakan membuat saya merinding. Bagaimana seorang pegiat literasi mengisi hari-harinya dengan (TETAP) menulis di antara kesibukan kerja yang dilakukannya. Mereka punya 24 jam. Sama dengan saya. Kurang sibuk apa Pak Khoiri? Selain sebagai dosen, beliau sering mengisi kegiatan literasi di sana-sini. Tidak sibukkah Prof. Ngainun Naim? Pertanyaan konyol kalau itu kita ajukan. Namun beliau tetap menulis. Saya amati dari jauh beliau pun tetap menyimak dengan khusyu’ setiap paparan yang diberikan oleh para pemateri di bangku terdepan.
Bunda Rita Audriyanti apalagi. Nenek cantik berusia 63 tahun ini ternyata telah melahirkan 90-an buku. Jauh melampaui usianya. Tidak sibukkah beliau? Hmmm…. Ada lagi seorang ratu antologi, bu Kanjeng yang nama aslinya Ibu Sri Sugiastuti. Beliau membidani banyak antologi. Saking banyaknya ketika ditanya berapa banyak buku yang sudah diterbitkan beliau hanya bilang: tidak terhitung! Dalam sebulan bisa dua sampai tiga antologi. Alamaaak….. Apakah beliau tidak sibuk?
Siapa tak kenal Om Jay. Guru blogger yang tidak mau diam ini. Nama asli beliau adalah Wijaya Kusuma. Beliau sangat populer di kalangan guru karena kiprahnya di berbagai kompetisi guru. Tidak hanya literasi. Guru Lab School Jakarta ini sangat aktif dalam mengampanyekan literasi. Apakah Om Jay tidak sibuk? Pertanyaan macam apa itu?
Singkat cerita, runtuhlah kesombongan saya. Selalu mengatasnamakan kesibukan untuk alpa menulis. Apalah saya jika dibanding para pemateri di atas. Mereka punya 24 jam. Begitu juga dengan saya. Mereka tetap bisa menulis. Mengapa saya tidak? Kopdar RVL 1 kemarin semakin menyadarkan saya betapa pentingnya sebuah komunitas. Tempat kita berbagi, saling mengisi, dan saling menyemangati agar ruh literasi tidak berhenti. Terima kasih saya sampaikan pada panitia yang sudah bekerja sangat keras mengemas acara sedemikian rupa hingga muncullah kesadaran diri ini. Semoga apa yang sudah diupayakan mendapat balasan yang terbaik. Aamiin Ya Rabbal alamiin.
Surabaya, 26 Oktober 2022
Keren., tulisan panjang komplet…
Selamat berliterasi lagi….
siap bu bos. Matur nuwun semangatnya.
Mantap bu.. ternyata saya juga tertular ngintif karya yang sangat luar biasa…
hahaha…. saling mengintip semangat berliterasi
Tulisan keren ??? selamat kembali menulis ??????
Terima kasih Bunda Telly kesayangan.
refleksi kopdar ini sangat bagus. teruslah membakar motivasi dan teruslah berkarya
Matur nuwun Abah ilmunya. Semoga bisa istiqomah awak ini.
Tulisan bunda Hernawati sangat inspiratif. Menyentak kesadaran saya untuk tetap berada dalam habitat penulis dan Alhamdulillah saya menemukan habitat penulis yang pas yaitu RVL. Semoga di sini kita bisa Istiqamah merawat literasi dan menjaga ukhuwah. Aamiin Yaa Robbal’alamin
Terima kasih apresiasinya. Aamiin Ya Rabbal alamiin. Bersama-sama merawat nggih.
Keren sekali memorinya. lengkap detail dan tentu menyemangati kita untuk terus menulis. https://www.abdullahmakhrus.com/2022/10/relevansi-pembangunan-candi-pari.html
Terima kasih banyak ustad Makhrus kunjungannnya.