Welcome Back

Pulang, Saya di depan lobi SMP Al HIkmah Surabaya (sumber: koleksi pribadi)

Ada hal menarik ketika mengerjakan tugas-tugas di Pendidikan Guru Penggerak (PGP) ini. Pertanyaan sering dimulai dari menanyakan bagaimana perasaan kita ketika melakukan sesuatu. Contohnya, ketika mengisi jurnal  mingguan ini.

Pertanyaan pertama,  bagaimana perasaan saya selama melakukan aksi untuk menguatkan nilai dan peran Guru Penggerak. Heeem….Sebelum menjawab pertanyaan ini tentu saja saya harus mengingat dan memahami kembali nilai dan peran Guru Penggerak yang sudah kami pelajari sepekan ini. Nilai-nilai tersebut adalah mandiri, reflektif, inovatif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Nilai-nilai yang sebenarnya sudah saya miliki meskipun kadarnya tidak seberat sekarang setelah mengikuti PGP ini.

Peran Guru Penggerak adalah sebagai pemimpin pembelajaran, penggerak komunitas praktisi, coach bagi guru lain,  memimpin manajemen sekolah, dan memimpin pengembangan sekolah. Saya tidak mengalami kesulitan memahami dan memaknai nilai dan peran Guru Pengggerak tersebut. Hanya saja peran sebagai pemimpin manajemen sekolah dan pemimpin pengembangan sekolah ini yang membuat saya berpikir keras. Apakah bisa seorang guru biasa melakukan itu? Bukankah itu tugas manajemen sekolah untuk mengelola dan mengembangkan sekolah? Lama saya memikirnya hingga menemukan jawabannya ketika di Lokakarya 1 kemarin. Berdiskusi dan berbagi ide dengan sesama teman Guru Penggerak membukakan wacana saya.

Setelah saya renungkan dalam-dalam ternyata hal tersebut bisa saja kita lakukan meski posisi kita sebagai guru biasa. Mungkin kita bisa ikut aktif terlibat dalam menyusun program-program di lingkup terkecil kita. Organisasi terkecil di sekolah misalnya di Kelompok Kerja Guru (KKG), kelompok guru satu jenjang, atau bahkan seluruh jenjang di sekolah kita. Nah, di situ kita bisa mengungkapkan ide-ide dan gagasan-gagasan untuk mengelola sekolah dalam arti luas.

Kebetulan tahun ini saya kembali ke sekolah asal, SMP Al Hikmah Surabaya setelah enam tahun saya berkelana. Tahun 2015 saya mengelola Pusat Bahasa Al Hikmah Surabaya. Berkolabari dengan 4 orang teman guru dari jenjang yang berbeda kami menjadi Guru Penggerak a la Al Hikmah. Menjadi coach bagi guru lain. Ya, kami menjadi guru bagi teman-teman guru dalam mempelajari bahasa Inggris dan bahasa Arab. Senang sekali bisa berbagi ilmu dengan mereka. Bahasa asing mereka meningkat. Saya mempunyai lebih banyak teman. Perlu diketahui jumlah guru di Al Hikmah lumayan besar. Dari KB-TK sampai SMA Al Hikmah ada sekitar 400-an.

Tahun 2019 saya dimutasi ke Yayasan tepatnya di Direktorat Pendidikan Al Hikmah Surabaya. Saya bersama 2 orang dari jenjang berbeda menjadi Tim Penjamin Mutu. Tugas kami adalah menjamin mutu murid dan guru di Al Hikmah. Saya lebih banyak turun ke unit-unit melakukan tugas monev supervisi, dan mengelola pembinaan guru. Semuanya itu memerlukan kolaborasi yang baik. Kolaborasi di antara tim penjamin mutu di direktorat  itu sendiri maupun kolaborasi antara unit dengan Direktorat. Kolaborasi yang memungkinkan semua pihak tumbuh dan berkembang.

Per 1 Juni 2021 ini saya dikembalikan lagi ke SMP Al Hikmah Surabaya untuk mengelola kelas internasional. SMA Al Hikmah Surabaya mengawali memiliki kelas internasional ini. Penanggung jawabnya ya bos saya ketika di Pusat Bahasa Al Hikmah. Nah, tahun ini SMP akan menyusul ke sana karena sepertinya sudah menjadi sebuah kebutuhan. Saya pikir ini kesempatan yang bagus bagi saya untuk menjadi pemimpin pengembangan sekolah. Jadi, kalau ditanya bagaimana perasaan saya? Terus terang saya senang dan deg-degan karena akan melakukan sesuatu yang baru. Saya kembali ke tempat lama dengan rasa baru.

Pertanyaan kedua, gagasan apa yang timbul terkait nilai dan peran guru penggerak. Saya akan mencoba menerapkan apa yang sudah saya pelajari di PGP ini. Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang menempatkan murid sebagai subyek sehingga apapun yang kita lakukan sebagai guru tidak boleh keluar dari relnya, yaitu kepentingan murid. Ki Hajar Dewantara juga mengingatkan bahwa semua di dunia ini mengalami perubahan. Yang tidak berubah adalah perubahan itu sendiri. Sudah saatnya bagi guru untuk bergerak, berubah.

Namun demikian, Ki Hajar Dewantara juga  mengingatkan meskipun tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, “waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu”. Pesan Bapak Pendidikan Nasional tersebut.

Hal ini selaras dengan kodrat diri dan kodrat zaman murid-murid kita. Mereka hidup di zaman yang serba terbuka dan terhubung. Sebagai guru kita memberi jalan pada murid-murid kita agar terhubung dengan zamannya. Sekaligus memfilter “barang-barang” mana yang bermanfaat dan mana yang tidak.

Kembali pada diri saya dengan amanah baru. Segera saya berkoordinasi dengan kepala sekolah. Beliau mengarahkan saya berkoordinasi dengan PJ  kelas internasional SMA Al Hikmah Surabaya.  Kami bertemu dan mendiskusikan beberapa hal.  Sepertinya, pekan-pekan ke depan saya akan disibukkan dengan persiapan kelas internasional ini. Saya akan bergandengan tangan dengan teman-teman sejawat di SMP Al Hikmah Surabaya untuk mengembangkan sekolah agar lebih segar lagi. Merintis kelas internasional. Mohon doanya ya kawan agar dimudahkan. Semoga Allah meridhoi. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

 

Welcome back to me.

Sidoarjo, 4 Juni 2021.

One Reply to “Welcome Back”

Leave a Reply to Andi Cancel reply

Your email address will not be published.