Mengulik Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara sumber:newsdetik.com

Konsep pendidikan dan pengajaran yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) sangat maju karena memerdekakan kehidupan manusia. Artinya, pendidikan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada manusia untuk menjadi manusia yang utuh. Jiwa dan raga, lahir dan batin. Dalam konsep KHD hal ini disebut budi pekerti.

Budi adalah ranah batin yang meliputi tri sakti yaitu pikiran, rasa,  dan kemauan. Kita lebih sering mendengarnya sebagai cipta, rasa, dan karsa. Pekerti adalah ranah lahir yang mewujud tenaga. Dengan kata lain, budi pekerti merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kemauan (budi) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti).

Sementara itu, pengajaran adalah bagian dari pendidikan dengan cara memberi ilmu atau pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin. Kalau kita gambar dalam sebuah diagram, pengajaran merupakan bagian dari pendidikan. Hasil pendidikan inilah yang membentuk kebudayaan.

Contoh real-nya seperti ini. Apakah Anda pernah diserobot orang dalam sebuah antrian? Pernahkah Anda menyaksikan seseorang yang meludah sembarangan? Membuang sampah sembarangan? Jika jawabannya “ya” berarti ada yang kurang dalam pendidikan yang kita terima selama ini. Mungkin para pendidik sudah memberikan hal tersebut tetapi tidak menjadi sebuah value-nilai yang diyakini. Hanya berhenti pada tataran pengetahuan atau informasi saja. Untuk menjadi sebuah value ia harus dibiasakan. Jika kita mendidik anak untuk tertib antri, membuang sampah pada tempatnya tentu akan menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang secara terus menerus dilakukan akan membentuk kebudayaan.

Pemikiran KHD sangat relevan dengan kondisi pendidikan saat ini. Pendidikan yang tidak sekadar mementingkan kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotorik. Tidak hanya mengejar deretan angka tetapi juga kedalaman budi. Pendidikan yang tidak berorientasi pada hasil melainkan proses pendidikan itu sendiri.

Yang kita rasakan selama ini adalah murid-murid sangat disibukkan dengan pencapaian angka. Mereka sibuk dengan latihan soal-soal. Guru pun sibuk menggenjot rangking siswa, rangking sekolah. Melupakan esensi pendidikan itu sendiri. Belum lagi dengan deretan administrasi yang harus diselesaikan. Imbasnya, pelayanan kepada murid pun menjadi kurang optimal.

Pemikiran KHD mencoba mengembalikan pendidikan pada khittah-nya. Pendidikan yang memanusiakan. Pendidikan yang memerdekakan.

Sekolah tempat saya bertugas adalah sekolah Islam dengan tagline “Berbudi dan Berprestasi”. Artinya, tidak hanya keseimbangan antara akhlak dan capaian akademis saja tetapi juga mendahulukan budi atau akhlak dibanding deretan prestasi. Tentu tidak mudah bagi kami mengawal hal ini. Apalagi kita hidup di zaman keterbukaan, tanpa jarak dan waktu. Pemikiran KHD  tentu saja akan lebih memperkaya khazanah pemikiran yang telah ada serta menginspirasi untuk melakukan praktik-praktik terbaik.

***

Setelah mempelajari modul ini, saya berharap bisa menggali lebih dalam lagi pemikiran-pemikiran KHD dan mencoba mengaplikasikannya. Terus terang, saya malu karena baru sekarang menyelami pemikiran Bapak Pendidikan kita padahal sudah berapa tahun saya menjadi guru.

Saya ingin melihat murid-murid sebagai pribadi yang gembira dalam belajar. Tidak terkekan pada rangkaian tuntutan yang harus mereka penuhi sehingga tumbuh kembang mereka bisa lebih optimal. Selanjutnya, mereka bisa tumbuh menjadi manusia yang utuh, berbudi pekerti yang luhur. Seperti yang dicita-citakan dalam profil pelajar Pancasila. Berakhlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.

Untuk mencapai semua itu dibutuhkan kerja sama banyak pihak. Guru tidak bisa melakukan itu sendiri. Kolaborasi antarguru, antarsekolah, antarkomunitas. Semuanya bergerak demi satu tujuan. Kalau ditanya kegiatan dan materinya seperti apa, tentu saya akan menjawab: pokoknya yang menyenangkan. Forum-forum diskusi, kuis, atau melakukan proyek.

Modul  ini sangat bermanfaat karena bisa memberikan insight pada saya khususnya dan guru pada umumnya terkait dasar-dasar pemikiran yang seharusnya kita tahu lebih awal sebelum menjadi guru. Saya berharap bisa menyelami lebih dalam lagi, mengulik harta karun terpendam pemikiran KHD.

 

Sidoarjo, 14 April 2021

Tulisan ini tugas modul 1.3. Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 2.

Leave a Reply

Your email address will not be published.