
Program digitalisasi sekolah tampaknya sudah menjadi sebuah kebutuhan di abad ini. Setahun yang lalu, tepatnya 18 September 2019 Mendikbud yang saat itu dijabat oleh Muhajir Effendi meluncurkan program ini. Khususnya pada sekolah di kawasan terdepan, terluar, dan tertinggal (3T). Saat itu, Pak Muhajir memberikan sarana pembelajaran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) kepada sekolah dan komputer tablet kepada para siswa. Peluncuran perdana dilakukan di Kabupaten Natuna, Riau.
Semangat menggunakan IT ini merambah hampir di semua sekolah di negeri ini. Apalagi gempuran Pandemi Covid-19 yang belum juga reda makin memantapkan sekolah-sekolah meng-upgrade penggunaan IT-nya. Di Al Hikmah sendiri, tim penelitian dan pengembangan (Litbang) sudah mendesain model pembelajaran berbasis digital sejak awal 2020. Bekerja sama dengan IT developer membangun Learning Content Management System (LCMS) yang diberi nama e sekolahku.
Tiba-tiba Covid-19 menyerang sementara sistem belum terbangun dengan sempurna sehingga yang terjadi di tri wulan pertama masa pandemi adalah mengamankan pembelajaran siswa. Melakukan penyesuaian demi penyesuaian, trial and error terpaksa dilakukan. Pada awalnya guru menggunakan beragam platform pembelajaran, berbagai macam metode dan teknik. Harapannya, siswa bisa tetap belajar meskipun tidak pergi ke sekolah. Guru terpaksa harus mengajar berbasis IT sekaligus belajar tentang IT secara simultan. Bisa dibayangkan.
Akibatnya, percepatan pun dilakukan. Pembangunan supporting system pun dikebut, pembuatan modul pembelajaran berbasis digital dimulai, e library pun dibangun, layanan orang tua termasuk sistem keuangan digital pun menyusul. Semuanya sibuk. Akhirnya, satu demi satu sarana mulai mewujud. Evaluasi demi evaluasi dilakukan agar hasilnya semakin mendekati ideal.
Modul pembelajaran elektronik salah satunya. Modul tersebut merupakan panduan pembelajaran yang mendorong siswa agar mampu mengelola belajarnya secara mandiri. Guru tetap menggunakan prinsip-prinsip proses dan materi pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Keberadaan e modul ini sangat penting karena siswa bisa menggunakannya untuk belajar di mana saja, kapan saja. Selain untuk belajar mandiri, e modul ini bisa digunakan ketika mengikuti pembelajaran tatap muka daring secara klasikal maupun belajar dengan teman sejawat/ peer teaching.
Modul yang baik harus mencapai kompetensi baik itu kompetensi inti maupun kompetensi dasar (sikap, pengetahuan dan keterampilan). Modul ini harus memenuhi prinsip-prinsip proses dan materi pembelajaran. Artinya, modul tersebut tetap mengikuti kaidah pembelajaran yang ditetapkan. Apersepsi tetap harus dilakukan. Bisa dengan menggunakan gambar, teks, audio, dan video.
Jika kita menggunakan Scientific Approach dalam pembelajaran offline, e modul seharusnya juga menerapkan 5 M (mengamati, menanya, mencoba, menalar dan mengkomunikasikan) di dalam langkah-langkah pengerjaannya. Setiap langkah dalam berpikir ilmiah ini harus tampak dalam modul tersebut. Selain itu, di dalamnya harus tetap ada penilaian yang memenuhi prinsip sebagai, untuk, dan terhadap pembelajaran. E modul semakin baik jika didukung dengan multimedia yang baik.
Hasil evaluasi terhadap e modul ini menunjukkan ternyata masih jauh dari harapan. Masih banyak yang harus dikembangkan. Guru belum memahami sepenuhnya prinsip e modul. Mereka menyamakannya dengan modul manual. Padahal keduanya terdapat perbedaan yang cukup signifikan. Sebagai langkah penyamaan persepsi, Litbang melakukan pendampingan kepada guru dalam menyusun e modul ini. Selain itu, sosialisasi e modul lebih digalakkan lagi.
Sebagai tambahan, dibentuklah unit khusus multimedia yang menangani video pembelajaran sebagai pendukung modul pembelajaran elektronik ini. Tidak main-main karena unit khusus ini ditangani oleh tenaga ahli di bidang IT yang dipekerjakan Yayasan. Mereka ini membantu guru dalam mengembangkan video pembelajaran.
Guru membawa konsep yang matang tentang materi pembelajaran yang mereka ajarkan. Tim multimedia mewujudkannya dalam bentuk video yang menarik untuk dikonsumsi siswa sebagai end user. Harapannya, memudahkan siswa belajar secara mandiri sehingga kompetensi yang diharapkan bisa tercapai secara optimal.
Sidoarjo, 20 Desember 2020