Lokakarya 0 Calon Guru Penggerak

Berkolaborasi Menyelesaikan Masalah

“Jangan sekali-kali merasa hebat. Sekali saja merasa diri hebat maka akan seperti katak dalam tempurung. Semakin banyak ilmu semakin merasa kurang. Dengan demikian kita akan selalu belajar.”

Demikian yang dikatakan Bu Mamik Suparmi, Kepala Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dispendik Surabaya dalam presentasinya di depan peserta Lokakarya 0 Calon Guru Penggerak (CGP) Surabaya, Sabtu 10 April 2021. Untuk wilayah Surabaya acara ini diikuti oleh pengawas, kepala sekolah, dan calon guru penggerak. Ada 17 Pengajar Praktik (PP) dan 100 CGP terlibat di acara yang diselenggarakan di dua tempat terpisah yaitu  Hotel Sahid Surabaya dan Hotel Bidakara.  Acara tersebut dibuka oleh DR. Subandi, M.M., Kepala PPPPK PKn-IPS  Jawa Timur.

Selesai pembukaan, para peserta Lokakarya mendapatkan coffee break dan menuju kelas masing-masing. Formasi tempat duduk sudah diatur sedemikian rupa sehingga membentuk kelompok-kelompok kecil. Dua orang PP akan memandu serangkaian agenda yang sudah dijadwalkan. Pak Puguh Handoyo dan Pak Miftah Churrohman selaku PP.

Acara pertama adalah perkenalan. Masing-masing dari kami diminta menggambar sesuatu yang mencerminkan diri sendiri. Kemudian kami harus mencari minimal 3 orang  yang memiliki minat yang sama dengan yang kami miliki. Dari kriteria ini terbentuk 4 kelompok. Kelompok pertama Pancabatik karena mereka pecinta batik. Kelompok kedua para pecinta memasak. Mereka menamakan diri dengan Guru Penggerak Masak (GPM). Kelompok ketiga para pecinta buku yang menamakan diri dengan Guru Penggerak Literasi (GPL). Terakhir, kelompok PET alias pecinta binatang. Setelah kelompok terbentuk kami harus mempresentasikan diri berdasarkan gambar yang sudah kami buat.

Kelompok diacak kembali di sesi kedua. Kali ini  berdasarkan jenjang sekolah. Jadi, kelompok yang terbentuk CGP SD, CGP SMP, CGP SMA, dan Kepala Sekolah. Di forum inilah sebenarnya inti kegiatan hari ini yaitu membangun komitmen antara CGP dan Kepala Sekolah. Kami diberikan sebuah kertas kosong yang harus diisi dua hal terkait CGP ini, kekhawatiran dan harapan.

Kekhawatiran Kepala Sekolah di antaranya adanya kesulitan menggerakkan rekan sejawat ataupun sekolah lain. Kedua, terganggunya aktivitas pembelajaran atau jam pembelajaran CGP. Ketiga, terganggunya layanan kepada siswa karena padatnya penugasan terhadap CGP.

Kelompok Kepala Sekolah (Dokumen Pribadi)

Harapannya mampu mengajak teman-teman guru lain untuk bersama-sama maju tumbuh dan berkembang. Selain itu, mampu mengelola waktu dengan baik sehingga pembelajaran dan layanan terhadap siswa bisa berjalan dengan baik.

Beberapa kekhawatiran dari sisi guru yang saya catat di antaranya khawatir tidak bisa membagi waktu antara mengajar, mengelola rumah tangga, dan bersekolah kembali di Program Pendidikan Guru Penggerak (PPGP) ini. Kekhawatiran yang cukup beralasan mengingat rentang waktu 9 bulan. Seperti ibu mengandung. Hehehe….Selain itu, khawatir semangat menurun di tengah jalan. Tiba-tiba bosan, loyo. Ketiga,  khawatir tidak bisa menjalankan tugas-tugas yang diamanahkan secara optimal sehingga hasilnya di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Tentu saja harapan kami bisa lulus tepat waktu, tidak remidi. (Memang ada remidi?hehehe). Bisa berkolaborasi dengan baik  dengan sesama teman sejawat di sekolah, antarCGP di kelompok, di kelas, dan seterusnya. Bisa menjadi role model bagi teman-teman guru di sekolah. Bisa mengajak mereka tumbuh dan berkembang bersama-sama. Sejalan kan dengan harapan para kepala sekolah di atas? Intinya, kami  berharap bisa berpartisipasi aktif dalam program menggerakkan guru ini. Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Oya, ada tambahan dari teman-teman guru Non-ASN. Mereka berharap ada rekruetmen khusus bagi mereka yang terlibat dalam program ini. Menjadi ASN, katanya. Tidak ada yang tidak mungkin, bukan?

Selamat bersekolah kembali teman-teman Calon Guru Penggerak Angkatan 2. Guru bergerak Indonesia Maju.

 

 

Sidoarjo, 16 April 2021

#diarygurupenggerak

Mengulik Pemikiran Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara sumber:newsdetik.com

Konsep pendidikan dan pengajaran yang diusung oleh Ki Hajar Dewantara (KHD) sangat maju karena memerdekakan kehidupan manusia. Artinya, pendidikan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada manusia untuk menjadi manusia yang utuh. Jiwa dan raga, lahir dan batin. Dalam konsep KHD hal ini disebut budi pekerti.

Budi adalah ranah batin yang meliputi tri sakti yaitu pikiran, rasa,  dan kemauan. Kita lebih sering mendengarnya sebagai cipta, rasa, dan karsa. Pekerti adalah ranah lahir yang mewujud tenaga. Dengan kata lain, budi pekerti merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kemauan (budi) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Continue reading “Mengulik Pemikiran Ki Hajar Dewantara”