Mandi dan Nasionalisme

Upacara Virtual memperingati Hari Kemerdekaan RI ke 75 di SD Al Hikmah Surabaya

Oleh Hernawati Kusumaningrum

Pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Meskipun demikian, sekolah tetap berlangsung. Di jam-jam sekolah, bukan lagi pemandangan aneh menyaksikan anak-anak duduk menatap layar laptop, HP, tablet, dan sebagainya. Mulanya tegak, kemudian sedikit bersandar. Mereka sedang melakukan Video Conference dengan gurunya. Beberapa menggunakan Zoom, Google Meet, Webex, dan sebagainya.

Sama. Bungsu saya juga demikian. Ia duduk di kelas 6 SD. Ketika video conference selesai, ia segera mengerjakan modul yang ada di web sekolahnya. Lebih tepatnya di Learning  Content Management System (LCMS) sekolah. Sesekali ada juga tugas yang mengharuskannya membuka-buka buku secara manual, menggambar, mengerjakan proyek, dan seterusnya. Nah, biasanya posisi duduknya sudah berubah. Selonjoran atau bahkan tiduran. Alat tulis berserakan di sampingnya. Continue reading “Mandi dan Nasionalisme”

Menggagas Agile Education (2)

Presentasi Prof. Muchlas Samani berjudul Menggagas Agile Education. Judulnya sih simpel tapi isinya….heeeem…. ilmu semua.

Menurut Guru Besar UNESA ini, gelombang pandemi Covid-19 ini merupakan ayat kauniyah Allah yang wajib dipelajari. Beliau mengajak para guru untuk melakukan refleksi diri.

Pendidikan yang dilakukan saat ini untuk menyiapkan anak di masa depan dilakukan oleh guru yang dididik di masa lalu. Di sini terjadi gap generasi. Sang guru dididik oleh masa lalu. Siswanya disiapkan untuk masa depan. Bagaimana mungkin guru dari masa lalu mendidik siswa masa depan?

Solusinya, guru harus “berkorban”. Artinya, guru harus meluangkan waktu untuk mencari ilmu dan menyampaikan ilmu yang benar-benar dibutuhkan siswa agar survive di masanya. Jadi, bukan sekadar ilmu. Continue reading “Menggagas Agile Education (2)”

Agile Education (1) Hasil Tak Pernah Khianati Usaha

Beberapa bulan terakhir ini di tempat saya bekerja sedang nge-trend istilah Agile education. Terjemahan bebasnya adalah pendidikan yang lincah dan taktis. Tujuannya untuk mengikuti perkembangan zaman yang serba cepat dan tidak menentu.

Apa sebenarnya konsep Agile itu? Saya mencoba merangkumnya dari paparan dua pembicara dalam forum Pembinaan Guru Online di YLPI Al Hikmah beberapa waktu yang lalu. Ustad Abdul Kadir Baraja selaku Ketua Pembina Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Al Hikmah dan Prof. DR. Muchlas Samani, Guru Besar UNESA. Continue reading “Agile Education (1) Hasil Tak Pernah Khianati Usaha”

Warung Mami

Mungkin aku terlalu parno.

Safir memberitahu abinya kalau ia mau ikut lomba. Kompetisi game. Kalau tidak salah Mobile Legend. Game tersebut banyak digandrungi orang lintas usia, mulai anak-anak sampai orang tua. Bukan Safir namanya kalau informasi yang diberikan cukup jelas bagi kami. Ia selalu begitu. Menginfokan sesuatu sepotong sepotong.  Pokoknya lomba. Berkelompok. Tempat di Warung Mami. Bayarnya sekian.

Continue reading “Warung Mami”

4D Theater, A Very Late Post

“Ayo nonton film, bi,” pinta Enji sambil menunjuk gedung yang tepat di hadapan kami saat ini. Gedung ini berdampingan dengan arena Go cart.

 

Abi memesan 4 tiket untuk nonton film 4D. Aku sebenarnya bertanya-tanya dalam hati, apa bedanya bioskop 3 dimensi dan 4 dimensi ini. Per tiket 15 ribu rupiah. Aku lupa judul filmnya. Yang pasti film anak-anak, film kartun. Kalau tidak salah tentang petualangan Billy, seekor burung. Setelah menerima tiket, segera kami menuju gedung bioskopnya. Petugas penjaga pintu memberi kami kaca mata khusus untuk menonton film jenis ini. Keseluruhannya berwarna hitam.

Continue reading “4D Theater, A Very Late Post”

Stasiun Malang Kota Baru

Akhirnya KA sampai di Malang setelah 2 jam lebih perjalanan. Kami turun di stasiun Malang Kota Baru. Karena ini pertama kalinya kami turun di stasiun ini kami coba mengikuti penumpang di depan. Ternyata turun dari KA kami harus menuruni tangga kemudian naik tangga kembali. Baru kemudian kami dapati sedang berada di pintu keluar KA.
 

Banyak orang berjualan di sisi kanan dan kiri pintu ini. Di depannya tempat parkir sepeda motor. Agak ke depan rupanya terminal sementara.  Banyak angkutan kota mangkal di situ. Kata abi, itu lin DPL. Angkot itu menuju ke terminal Landungsari. Dari Landungsari, ada lin lagi menuju ke Dau. Continue reading “Stasiun Malang Kota Baru”

Naik Kereta Api

Akhirnya cita-cita untuk naik kereta api kesampaian juga. KP bulan ini kami tempuh dengan KA Penataran. Tiket yang kupegang menunjukkan jam keberangkatan pukul 12.02. Abi hanya membelikan tiket berangkat karena untuk kepulangan tidak ada yang pas waktunya. Tiketnya murah sekali, 12 ribu rupiah per orang.
 
KP bulan ini berbarengan dengan penerimaan raport tengah semester. Jadi, abi menyarankan agar kami berangkat agak siangan sehingga bisa sampai di pondok sekitar Asar. Untunglah, Sabtunya termasuk Sabtu pertama, waktu libur. Hari Sabtu pagi kami berbelanja beberapa barang pesanan Salman. Sarung, piring, susu, makanan dan minuman ringan untuk sebulan.
 

Continue reading “Naik Kereta Api”

Kumis

Alhamdulillah. Akhirnya aku bertemu dengannya. Santri mungil di shaf pertama. Ketika kupandangi wajahnya, ada yang berubah. Di atas bibirnya mulai bermunculan rambut-rambut halus yang akan menjelma kumis. Alis matanya menjadi lebih hitam dan pekat. Apakah memang demikian ataukah karena hawa pegunungan yang menjadikan kulitnya lebih bersih sehingga alisnya tampak tebal?
 
Salman tampak sedikit lebih berisi. Apakah karena rambut gondrong yang membuatnya demikian? Santri mungilku hari itu lebih ceria. Ia bercerita banyak hal. Membuat hatiku berbunga-bunga. Beda ketika pertama kali KP di bulan kemarin. Rasanya aku ingin menangis melihatnya tidak begitu bersemangat. Mungkin karena kurang tidur.

Continue reading “Kumis”

“Kobongan”

Beberapa hari yang lalu aku bermimpi. Seorang anak berbaju putih, tiduran di lantai. Anak itu seperti sedang sakit. Matanya seolah memanggilku.  Sontak ketika bangun ingatanku langsung menuju Salman, putra ketigaku yang sedang mondok. Segera kulantunkan doa semoga putraku selalu sehat dan dilindungi Allah.
Kemarin, putra keduaku menerima raport sisipan semester ganjil. Dari suami, aku tahu bahwa raportnya “kobongan” . Istilah tersebut biasa digunakan para orang tua jika menemukan angka2 merah di raport. Aku santai saja, toh ini masih permulaan. Ketika sampai di rumah baru aku terkejut.

Continue reading ““Kobongan””