Berpikir Berbasis Aset

Gelas ini setengah penuh atau setengah kosong? (gambar: wikipedia)

Kata “aset” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti modal atau kekayaan. Kekayaan adalah segala yang kita punya. Tidak harus  berbentuk uang dan harta berharga lainnya. Fisik kita,  pikiran, kesehatan, pendidikan, agama, dan lainnya.

Kalau Anda mengikuti sinetron Keluarga Cemara di tahun 90-an pasti masih ingat soundtrack-nya.  Menurut Abah dan Emak harta yang paling berharga adalah keluarga. Keluarga Cemara ini pernah hidup berkecukupan di Jakarta hingga suatu ketika hartanya ludes. Mereka harus meninggalkan kenyamanannya. Beradaptasi dengan kehidupan baru yang sangat jauh berbeda dengan kehidupan sebelumnya. Justru di sinilah mereka menemukan makna harta sesungguhnya yaitu keluarga.

Bung Hatta  lain lagi. Salah satu harta berharganya adalah buku. Saat diasingkan ke Boven Digul, ia membawa serta 16 peti berisi buku. Satu petinya bervolume  ¼ meter kubik. Jadi, total ada 4 meter kubik. Tulis Bung Hatta dalam memoarnya. Untuk memasukkan buku-buku tersebut ke dalam peti besinya saja membutuhkan waktu tiga hari. Sementara untuk pakaian, beliau hanya membawa 1 koper. Buku-buku itulah kekayaannya. Meskipun tubuhnya terpenjara Bung Hatta merasa merdeka karena pikirannya tidak terkungkung. Bung Hatta fokus pada aset yang dimilikinya—buku, kebebasan jiwa—dibanding dengan harta yang tak dimilikinya, kebebasan tubuh karena terpenjara.

Berpikir berbasis aset artinya kita berpikir berdasarkan apa yang kita punyai. Fokus pada apa yang kita miliki. Kekuatan-kekuatan positif apa yang sekiranya mampu kita optimalkan agar kita selalu merasa “kaya”. Ketika mindset kita sudah seperti ini semua yang kita hadapi dan lakukan akan terasa jauh lebih mudah.

Gambar gelas sebagai ilustrasi tulisan ini bisa kita jadikan contoh. Gelas itu setengah penuh atau setengah kosong? Kalau jawaban Anda yang pertama berarti Anda sudah berpikir berbasis aset. Apa aset Anda? Air yang sudah setengah gelas. Sebaliknya, jika Anda menjawab setengah kosong berarti Anda fokus pada kekurangan.

Lawan berpikir berbasis aset adalah berpikir berbasis masalah, kekurangan. Artinya kita berpikir berdasarkan apa yang tidak kita miliki, kekurangan atau masalah.  Berpikir jenis ini akan menjadikan diri kita lemah. Kita selalu merasa tidak punya. Kondisi orang lain selalu lebih baik dibanding kondisi kita. Lebih cantik, lebih kaya, lebih pandai, lebih harmonis, dan lebih-lebih lainnya. Perasaan inferior seperti ini akan menggerogoti diri kita. Coba bayangkan kalau yang berpikir seperti itu bukan kita saja tetapi anggota keluarga kita, tetangga, teman, kolega. Akan jadi apa masyarakat kita?

Perbedaan keduanya bisa dilihat di tabel ini ya. (Saya ambil dari modul 3.2. Pendidikan Guru Penggerak)

Berbasis pada kekurangan/masalah/hambatan Berbasis pada aset
Fokus pada masalah dan isu Fokus pada aset dan kekuatan
Berkutat pada masalah utama Membayangkan masa depan
Mengidentifikasi kebutuhan dan kekurangan —selalu bertanya apa yang kurang? Berpikir tentang kesuksesan yang telah diraih dan kekuatan untuk mencapai kesuksesan tersebut.
Fokus mencari bantuan dari sponsor atau institusi lain Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan)
Merancang program atau proyek untuk menyelesaikan masalah Merancang sebuah rencana berdasarkan visi dan kekuatan
Mengatur kelompok yang dapat melaksanakan proyek Melaksanakan rencana aksi yang sudah diprogramkan

Dengan menganalisa beberapa perbedaan di atas, sudah selayaknya kita coba menerapkan prinsip berpikir berbasis aset ini dalam kehidupan sehari-hari agar kita lebih mampu menghargai hidup. Mensyukuri apa yang kita punya. Di dalam Alqur’an disebutkan Allah akan menambah nikmat-Nya pada orang-orang yang bersyukur. Sebaliknya, orang-orang yang kufur akan mendapat azab yang pedih. (QS. Ibrahim:7)

Tidak berhenti di sini. Kita juga berkewajiban membagikan pola pikir ini pada lingkungan terdekat kita, komunitas kita sehingga bersama-sama kita kembangkan komunitas berbasis aset. Apa itu? Besok saya akan menulis tentang itu.

Salam.

Sidoarjo, 22 September 2021

 

8 Replies to “Berpikir Berbasis Aset”

Leave a Reply

Your email address will not be published.