
“Mik, umik nikah sama Abi itu mulai dari nol ya?” tanya sulung saya beberapa hari pasca wafatnya Abi. Sulung saya ini seorang mahasiswi semester 4 sebuah PTN di Jogyakarta. Aktivis BEM tapi dia mewarisi bakat ayahnya. Jualan. Ketika SMP-SMA ia sudah menjajal kemampuannya berdagang. Sebenarnya ikut-ikutan tren saat itu. Menjual barang-barang berbau Korea. Kaos, jaket, poster, aksesoris, dan sebagainya. Tabungannya lumayan banyak untuk ukuran remaja saat itu. Ketika SMA kelas 12 ia berhenti sendiri karena fokus les supaya tembus PTN. Akhirnya keterusan sampai kuliah. Apalagi saya memintanya aktif di organisasi agar punya pengalaman lebih saat kuliah. Membangun jejaring sebanyak mungkin. Jangan jadi kutu buku. Sekarang ia memimpin adik-adiknya mengurus beberapa toko online yang sudah dirintis Abinya. Continue reading “Mulai dari 0”